Mungkin
sebagian besar orang Medan, Sumatera Utara pernah merasakan perjalanan
menggunakan Railink menuju Bandara Internasional Kualanamu - Deli Serdang. Moda
transportasi massal bandara ini sering disebut dengan ARS Kualanamu, ada yang
tahu gak kepanjangan dari ARS? Yah, ARS merupakan singkatan dari Airport Railink Service. Sebuah layanan
kereta api yang dioperasikan oleh Railink dengan rute Medan-Bandara
Internasional Kualanamu di Sumatera Utara, Indonesia. Merupakan proyek kereta
api bandara yang dijadikan sebagai percontohan dan akan dikembangkan dibeberapa
Bandara Internasional di Indonesia.
Perusahaan
yang merupakan kerjasama/patungan antara PT. Kereta Api Indonesia dan Angkasa
Pura II (Persero) ini telah beroperasi sejak 5 tahun yang lalu bersamaan dengan
beroperasinya Bandar Udara Internasional Kualanamu. Saat ini frekuensi
perjalanan ARS Kualanamu adalah sebayak 20 kali Pulang-Pergi dari Stasiun Medan
ke Stasiun Bandara Kualanamu. Dengan kapasitas lebih dari 300 tempat duduk,
penumpang dapat menempuh perjalanan hanya sekitar 30-45 menit saja, yang pasti
apabila kita menggunakan Railink maka kita terbebas dari Kemacetan menuju
bandara.
Saat
ini Railink menggunakan 4 gerbong kereta rel diesel yang dibuat di pabrikan
Korea Selatan, Woojin. Menyediakan fasilitas layaknya kereta api eksekutif
seperti AC, reclining seat, WiFi sehingga membuat kita merasakan kenyamanan
saat berada di dalamnya. Harga tiket sekali jalan sebesar Rp.100 ribu. Kereta
api ini diprioritaskan dengan menggunakan rel tunggal dalam rutenya sehingga
penumpang dapat lebih cepat untuk sampai bandara. Memiliki peron khusus pada
keberangkatan dan ketibaan di stasiun Medan.
Kualanamu International Airport
Bandar
Udara Internasional Kualanamu yang merupakan bandar udara internasional yang
melayani Kota Medan, Sumatera Utara. Bandara ini terletak di Kabupaten Deli
Serdang yang berjarak sekitar 25 km dari pusat kota Medan. Saat ini bandara ini
merupakan yang terbesar kedua di Indonesia setelah Bandara Internasional
Soekarno Hatta. Menempati lokasi bekas areal perkebunan PT. Perkebunan
Nusantara II Tanjung Morawa. Tujuan awal pembangunan Bandara ini untuk
menggantikan Bandara Polonia yang telah berusia 80-an tahun. Mulai beroperasi
pada tahun 2013 atau lima tahun lalu, namun baru diresmikan pada tahun 2014
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat itu.
Rencana
pembangunan Bandara ini sebenarnya sudah sangat lama sekali, bahkan sudah
dipersiapkan sejak tahun 1997, namun karena dilanda krisis moneter sehingga
memaksa rencana pembangunan ditunda dan sangat jarang terdengar lagi mengenai
pembangunan bandara. Hingga kecelakaan pesawat yang menewasakan gurbernur dan
beberapa warga di pemukiman sekitar bandara, menimbulkan lagi seruan agar
bandara ini dilanjutkan pembangunannya. Terlebih lagi kapasitas bandara Polonia
yang sudah melebihi batas menjadi faktor yang penting untuk pemindahan bandara.
Walaupun banyak hambatan dari permasalahan pembebasan lahan, akhirnya pihak
Angkasa Pura II dapat menyelesaikan permasalahan lahan pada akhir tahun 2006.
Dengan
konsep “Aerotropolis” yang telah diterapkan di beberapa bandara besar di dunia,
maka Bandara Internasional Kualanamu juga tak mau ketinggalan untuk mendirikan
sebuah bandara dengan konsep tersebut, dengan menggabungkan kawasan bandara,
kawasan bisnis, industri, di dalam suatu area yang besar menjadikan adanya
pembangunan pusat bisnis terpadu, efeknya tentu memberikan banyak keuntungan
kepada Angkasa Pura II.
Salam Xplorasi…!!!
No comments:
Post a Comment